Monday, September 23, 2013

Banyak bedo'a yuuk...


#safar 1. Buat yg pd di busway, motor, mbl tua, jalan kaki, bila ingin perbaikan hidup, pergi baca bismillaah, pulang alhamdulillaah.

#safar 2. Spy apa? Spy bepergiannya, dihitung ibadah. Kemudian jaga 5 wkt, tepat wkt, +sunnah2nya. Jaga mulut jg&jaga telinga.

#safar 3. Lalu berdoalah. Doa di saat safar/bepergian, yg dihitung ibadah, uuuuggghhh, doanya maqbul banget.

#safar 4. 2-3bl, 6-7bl, 1-2th, trs2an brdoa minta perbaikan&perubahan hidup, bakal trjadi bnr2. Tapi ya itu, lakukan scr kontinue.

#safar 5. Ga smua bs tahajjud. Ga smua bs sedekah gede, ga smua bs dhuha. Apalagi disiplin. Tp rata2 kan smuanya bepergian.

#safar 6. Bepergian, dari rumah, menuju tujuan masing2: ktr, pabrik, rumah, kampus, sekolah, dll. Maka sesungguhnya, it's kesempatan.

#safar 7. Kesempatan buat berdoa bnr2. &dihitung pula itu smua sbg ibadah. Macet, nunggu busway dtg, kepanasan, bau ketek, smuanya jd indah.

#safar 8. I was begitu. Ai wes laik det. I did itu. Ai didit. Saya lakukan itu.

#safar 9. Aplg bs tmbh shalawat sepanjang jalan. Wuh, brtambah2 bonusnya. Tmbh zikir2, tmbh istighfar, tmbh doa2 u/ orang lain. It's keren.

#safar 10. Jgn ngomongin orang di prjalanan. Sayang. Jgn pula ghibah, yg akhirnya bs ngadu domba, fitnah, dll. Sayang.

#safar 11. Ngomongin orang, ngadu domba, menikmati omongan orang, menikmati ghibah, mlh bukan sj bikin safar jd sia2, mlh jd dosa.

#safar 12. Setiap meter jalanan yg dilalui, hrsnya jd tambahan kemakmuran masa2 yg akan dtg, eh eh eh, mlh jd tambahan kesuraman ms dpn.

#safar 13. Jgn pula pegangan tangan yg bukan suami/istri. Jgn cuma dngr musik. Jg jgn bengong. It's sia2. It's sayang. Kudu manfaat.

#safar 14. Makin jalanan ngeselin, itu tanda ibadah makin berat. Makin macet, insyaAllah bobot ibadah bepergian, &doa, makin oke.

#safar 15. Sampe ketemu di Purwokerto dan Tasik. I am dah sampe at Gambir. Naik train. With my keluarga.

#safar 16. Siapin sedekah trbaik ya. Untuk ikutan saya sedekah u/ operasional parabola tv. Yg ikut ngfl/ngaji lwt tv, pahala. Yg brsdkh.

#safar 17. Yg mau ikutan sedekah buat TV Parabola: BCA, No/rek: 6030 905 111 a/n Yayasan Daarul Qur'an Nusantara.

sumber: @Yusuf_Mansur

Saturday, August 31, 2013

Yusuf Mansur: Jeratan Hutang Membuat Negeri ini Kehilangan Duapertiga Nafasnya

Lemah akal, minimnya kualitas SDM, dan keserakahan telah membuat Indonesia kehilangan muka. Pintu kemakmuran yang sejatinya siap dimasuki Indonesia dengan istilah “lepas landas” bukan saja tertutup, melainkan pintu itu sendiri seakan hilang dan kabur dalam tujuan.

Lihatlah negeri ini, Indonesia. Negeri ini memiliki segalanya, keragaman kekayaan alam, lautan dan daratan, pegunungan dan perbukitan. Semuanya teramat mencengangkan dan mengundang birahi Negara lain untuk menjamah Indonesia . Apa pun sebenarnya dari negeri ini menebar sejuta pesona. Tetapi apa yang tersisa? Hampir tidak ada, kecuali warisan utang bagi anak bangsa dan masa depannya.
Dulu, penjajah fisik berusaha merampok secara halus atau kasar kekayaan negeri ini. Kini, justru kita yang ‘menyerahkan’ hampir separuh kekayaan kita. Dan itu terjadi begitu saja, lantaran kebodohan dan keserakahan. Kebiasaan berhutang tetapi tak memakainya untuk kegiatan produktif menjadi alasan utama beralihnya asset nasional ke tangan asing. Telinga ini bosan mendengar bahwa hutang – hutang Negara yang jumlahnya cukup fantastis, digunakan  untuk kepentingan pribadi dan dibayar melalui uang rakyat.  Amboi,  nerakalah masa depan bangsa ini.
Kita sering tidak bisa belajar dari sejarah bangsa. Bagaimana dulu Belanda menjajah negeri ini. Mula – mula ia mengadakan jalinan dagang, kemudian ia tebarkan kuku – kuku yang menancap kuat dengan memberikan permodalan dan menguasai sentra-sentra perekonomian negeri. Mereka juga membangun pos – pos serta diturunkan juga kekuatan Negara mereka. Bukan hanya tentara yang menjaga kepentingan mereka, tetapi juga lengkap dengan tim medis, ahli hukum, birokrat, ekonom hingga wanita – wanita penghibur. Ketika bangsa ini tidak bisa lagi bernafas, barulah mereka menampakan wajah aslinya yang sebenarnya.
Tetapi kini, ketika alam kemerdekaan dihirup, justru kita yang memakai pola – pola penjajah. Menjajah bangsa sendiri, menghisap madu negeri ini dan membiarkannya layu. Berhutang kanan berhutang kiri, meski tidak punya kemampuan membayar. Atau karena memang tidak mau bayar. Berutang menjadi lebih wajib ketimbang mengumpulkan modal dari sumber daya alam sendiri.
Indoensia ini aneh, ketika sudah tidak ada yang mengadu domba, justru kita yang menciptakan perkelahian di antara diri kita sendiri. Ketika tidak ada yang mengundang permusuhan, kita justru yang menyebarkan undangan untuk keributan, kericuhan,  dan kerusuhan.  Ketika kita dijajah lantaran kebodohan, kini kita bangkrut juga lantaran kebodohan. Bodoh tidak bisa memanfaatkan anugrah Tuhan yang begitu luar biasa, bodoh tidak bisa menghargai segala karunia-Nya. Bersiaplah menghadapi prosesi pemakaman sebuah Negara. Bersiaplah menghadapi kepunahan negeri ini, kehancuran bangsa ini.
Sejak dulu, bangsa ini sudah sadar akan tidak enaknya dijajah. Sejak penjajah mulai menancapkan kaki – kakinya di negeri ini, mungkin pendahulu kita juga sudah sadar akan bahaya yang akan menghadang. Akan tetapi, kesadaran tersebut tertutup oleh persoalan internal bangsa. Energi habis untuk mengurusi persoalan sendiri, antar bangsa sendiri. Kira dulu diributkan oleh pertikaian antar kelompok sendiri. Lalai bangsa ini, kalau justru ada pemangsa yang sedang menyiapkan kuda – kuda dan menebar jarring untuk memangsa.
Saat itu, bangsa ini menjadi terlambat menyadari. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengusir mereka,  puluhan bahkan ratusan tahun. Untunglah masih ada pemikir – pemikir dan pejuang yang murni memperjuangkan kemerdekaan bagi masyarakat.  Untunglah Tuhan masih berkenan menolong. Kalau tidak, tentu tidak aka nada cerita Indonesia bangkrut lagi karena tidak pernah merdeka !
Parahnya, setelah kemerdekaan teraih, warisan keburukan internal itu yang ikut terwariskan, bukan keluhuran budi dan akal para pendahulu. Sikap egois, saling curiga, tamak, suka mengadu domba dan diadu domba, mals, bodoh, itu yang diambil sebagai warisan. Bahkan rasanya semua kekurangan di atas sudah menjadi budaya hingga hari – hari terakhir ini.
Saat ini pun, sebenarnya kesadaran untuk berbenah dan kesadaran untuk belajar dari kesalahan sudah hinggap kembali di banyak indovidu bangsa ini. Hanya saja belum menjelma menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat untuk segera bisa mengubah peruntungan nasib negeri ini.
Semuanya prihatin, semuanya khawatir, bahwa kita akan mendapati negeri ini kembali terjajah. Terjajah oleh imperialism modern, bahkan imperialism yang dilakukan oleh bangsa sendiri. Para pemimpin, para elite politik saling bertikai, membuat bangsa ini terpecah – belah. Jeratan hutang sudah membuat negeri ini kehilangan dua pertiga nafasnya.  Perusahaan – perusahaan besar berskala nasional dan menjadi denyut nadi Negara juga pelan – pelan diambil alih oleh bangsa asing. Negeri ini terpaksa melepas asset – asset nasional dans entra ekonomi kepada pihak kreditor dan atau terambil alih, atau … punah lantaran bangkrut total.
Kita sama berharap, semoga kesadaran menyadari hal di atas cepat membuahkan tindakan positif. Supaya ketika mata ini terbuka, kita belum menjadi debu. Supaya ketika mata ini terbuka kita masih dapat melihat anak – anak Indonesia ceria dan mengurai senyum. Ya, samalah berharap agar kita semua dapat berbenah diri. Siapa pun tentu tidak ingin mendapati negeri ini terjajah kembali, baik fisik maupun psikis. Keterjajahan akan membuat kebebasan terikat.
Banyak kawan yang protes terhadap pendapat bahwa Negara ini akan bangkrut. Kata mereka, Negara ini justru sudah bangkrut ! Sudah diajjah ! Nagar ini sudah tergadai, berikut kehormatan, harga diri dan harapan bangsanya. Dan yang lebih parah lagi, ketika terpuruk, justru ada pohak – pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dana mengambil tindakan penyelamatan untuk dirinya sendiri saja. Persis seperti ribuan penumpang karam yang berebut hanya puluhan sekoci.
Meski demikian tetaplah lebih baik optimis terus, bahwa negeri ini belumlah hancur. Tentu saja sifat optimistic harus dibarengi dengan pembenahan – pembenahan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Tidak ada yang bangkrut kemudian tidak bisa jaya lagi. Sebagaimana sangat mungkinnya yang jaya pun bisa menjadi hina. Sekali lagi, mari lakukanlah pembenahan dan pembenahan tidak usah berharap dimulai dari orang lain. Mulai saja dari diri sendiri dan lingkungan sekitar, pasangan hidup, anak, adik, kakak dan seterusnya. ***

*Referensi :  Buku Membumikan Rahmat Allah karangan Ust. Yusuf Mansur  hal 113- 118

http://pks-dpcpancoran.blogspot.com/2013/08/jeratan-hutang-membuat-negeri-ini.html

yuuk ikutan koperasi ustadz...utk Indonesia: koperasidaqu.com

Thursday, August 15, 2013

Merdeka



M E R D E K A....!!!

15. Besok, asing lah yang harus belajar bahasa Indonesia. Sebab kita investor mereka. Kita bosnya. Bukan kita melulu yang kudu belajar bahasa2 asing.

39. Oke... Take hati2 ya... Atau... Be hati2 ya...

40. Rusak, rusak dah tuh bahasa asing, he he he. Selama ini bahasa indonesia yg dah pada rusak, he he. Bangga lah sama bahasa sendiri.

41. Tapi sekarang, ya mau gimana? Bos2nya die pade... Mau ga mau kite ngikutin bahasa die semua... Beda urusan kalo kita bosnya... Keren.

42. "Mister... Tolong ambilin aer ya..." Begitu kata seorang majikan. Rupanya, pembantunya orang London. *keselek. Tuh pembantu jawab: InsyaAllah.

43. Yang ga usah diganti, bahasa inggris di kesetan. Biar aja tulisannya welcome. Jangan diganti, he he he. Buat keset sepatu soalnya, hi hi hi.

46. TKW... Bukan tenaga kerja wanita... Tapi Tenaga Kerja Woman... He he he. Seru, bule2 yg nyetrika, he he. Paling dicemburuin bokin, ha ha ha.

47. Mau tau ga? Yg keren apa? Kita take-over utang pemerintah. Asal pada mau denger saran, keluhan, nasihat, dan doa kita2 rakyatnya. Iya ga? 

Artikel ini terdengar seperti mimpi,. Ya.. berawal dari mimpi seorang anak bangsa yg dibawa dlm do’a dan action, lebih lengkapnya silahkan cek di:

Website: yusufmansur.com
Twitter: @Yusuf_Mansur

Gerakan Ekonomi Merah Putih



Gerakan Ekonomi Merah Putih
Negara kalo mau ngutang, ke kita aja. Keren daaaahhh...

11. Dulu orang asing yg beli2in Indonesia. Besok, dengan recehan aja, kita bisa beli2in perusahaan asing, atau yg dah dijual ke asing. Recehan sahaja.

12. Kenapa bisa begitu? Sebab Indonesia GUEDE BUANGET (250jt jiwa, menurut Kepala (BKKBN) Fasli Jalal) Open your mata... Open your telinga... Jangan semua open your eyes, your ears. Harus ada unsur Indonesianya.

9. 100rb dari 100jt orang? 1T. Gede, tapi ringan. Jangan kan pesawat. Pabrik pesawat bisa kita beli.

16. Duit tidur kawan2 dari rakyat kecil, 100, 200, 500rb, di bank masing2. Tapi pada ga sadar, bahwa itu berarti 1T, 2T, 5T. Sebab jutaan orangnya.

Artikel ini terdengar seperti mimpi,. Ya.. berawal dari mimpi seorang anak bangsa yg dibawa dlm do’a dan action, lebih lengkapnya silahkan cek di:

Website: yusufmansur.com
Twitter: @Yusuf_Mansur





Saturday, July 27, 2013

TL 27 Juli 2013


#proses 2. Di awal2, barangkali "from zero to hero". Tapi setelah jadi hero, harus zero lagi. From zero to zero. Sbb smua milik Allah.

#proses 3. Proses no 1 nya kemana? Di mana? Dpt ga? Apa lagi masalah koneksi lagi? Atau... Msh proses? He he he.

#proses 1. Semua berawal dari ketiadaan, dan kesederhanaan. Ini cerita ttg kekayaan, kejayaan, kesuksesan. Harus berproses. Spy ni'mat.

#proses 4. Sbb tau2 pengen kaya, pengen sukses, pengen jaya, ga berproses, akhirnya dia sendiri ga siap buat kaya, buat sakses, buat jaya.

#proses 5. Miskin, tp siap. Serba kekurangan, tp siap. Bangkrut, siap. Cerai, siap. Lbh baik dari keadaan sebaliknya, tp tdk siap.

#proses 6. Apa ada orang yg kaya, tp ga siap? Banyak. Jadinya norak, nyebelin, dan membahayakan. Ngetop, ga siap. Sama juga.

#proses 8. Nikah... Siap?

#proses 7. Pensiun, siap. Better. Daripada baru mulai kerja, tapi ga siap. Tergagap2 nantinya.

#proses 9. Kalo nikah mah beda kali ya. Belajar untuk siap. Zina, pada siap. Padahal kudu siap juga azab-Nya. Beraaaaattt, besaaaarr. Ngeri.

#proses 11. Kalo mau berproses, kudu punya ilmu sabar. Trmasuk ga lsg nanya, mana nmr 7 nya? Mana nmr 10 nya? He he he.

#proses 12. Dulu, di awal2, istri saya ga mencintai saya...

#proses 13. Saya pernah jalan jauh. Ke Banyuwangi. Dan beda dg skrng, pake pesawat.

#proses 14. Dulu, sambung menyambung. Jalan kaki ke pinggir kali, ketemu jalan raya dari rumah. Trus naik angkot ke stasiun kalideres.

#proses 15. Terus ke Kota. Terus ke Surabaya. Turun di Gubeng. Nyambung naik bus AKAP, 6-8 jam ke Banyuwangi.

#proses 16. Alhamdulillaah, sampe Banyuwangi, lecek abiz... He he he he.

#proses 17. Terus saya bel ke rumah. Belom ada hp saat itu. Sekitar th '99.

#proses 18. Dari Banyuwangi, th '99, saya bel Maemunah: "Kangen ga...?". Jawabnya, "Engga..."

#proses 19. He he he, jauh2, cape2, eh pas nelpon ke Maemunah, jawabnya, engga kangen.

#proses 20. Tapi saya sadar, ini pun proses. Proses dicintai Maemunah.

#proses 23. Maemunah, orang Betawi Tangerang. Dan kamipun brproses. Skrng Maemunah saban detik kangen sama saya, uhuiiiii... He he he.

#proses 24. Dlm brproses kdg qt kehilangan bbrp hal, seperti bbrp nmr yg ga ada. Tp akhirnya, ttp jd 1 kesatuan yg utuh. Met zuhur ya